BERITA.NEWS,Makassar-Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sulsel melakukan riset ‘Diseminasi’ untuk mengoptimalkan pemamfaatan rantai dingin (Cold Chain) tingkatkan produk perikanan.
Hasil Riset ini merupakan upaya BI Sulsel mengkaji isu-isu strategis di bidang ekonomi untuk memberikan rekomendasi dan dukungan formulasi kepada kebijakan pemerintah dan stakeholders di daerah.
“Riset tersebut bertujuan untuk memberikan pemahaman dan awareness kepada stakeholders di daerah terkait strategi dalam pembangunan ekonomi daerah
khususnya dalam meningkatkan kinerja sektor perikanan melalui optimalisasi rantai pasok dingin (Cold Chain),” kata Kepala BI Sulsel Rizki Ernadi Wimanda.
Kajian Akademisi ini merupakan hasil kerja sama (joint research) antara BI Sulsel dengan Sekolah Bisnis Institut Pertanian Bogor (SB IPB).
Kegiatan diseminasi selenggarakan pada 27-29 Februari 2024 pada tiga lokasi yang berbeda, Kab.Bone, Kab. Bulukumba dan terakhir di Makassar.
Acara di Makassar laksanakan pada Kamis, 29 Februari 2024 bertempat di Four Points Hotel dengan mengundang antara lain: OPD Pemerintah Provinsi Sulsel, Pemko Makassar, Pemkab Takalar, dan
Pemkab Barru, Perbankan, Pelaku Usaha, Akademisi, Media, Kelompok Nelayan dan Penyuluh Perikanan.
Rizki Ernadi Wimanda mengatakan riset dengan topik optimalisasi pemanfaatan rantai dingin (cold chain) produk perikanan tangkap di Sulawesi Selatan ini, tentunya dengan melihat potensi sumber daya perikanan Sulawesi Selatan yang sangat besar.
Berdasarkan data PDRB Sulawesi Selatan tahun 2022, peran sub sektor perikanan merupakan yang terbesar terhadap total PDRB sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan yaitu sebesar 39,3% disusul oleh sub sektor Tanaman Pangan sebesar 29,9%.
Adapun terkait perkembangan kondisi ekonomi terkini, Rizki menambahkan bahwa ekonomi Sulsel masih dihadapi dengan sejumlah tantangan, baik dari kondisi
ekonomi global maupun domestik.
Pertumbuhan Ekonomi Dunia diperkirakan menurun ke 3,00% (yoy) pada tahun 2024 yang disebabkan konflik geopolitik (perang Rusia-Ukraina & Israel-Palestina), sementara tingkat inflasi dunia cenderung masih tinggi.
Lebih lanjut, pertumbuhan ekonomi nasional masih terjaga dengan laju pertumbuhan sebesar 5,05% di tahun 2023, melambat dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 5,30%.
Adapun laju inflasi nasional di tahun 2023 relatif masih terkendali, yakni sebesar 2,61% (yoy), masih berada pada sasaran inflasi nasional di tahun 2023 yaitu 3,0±1%.
Dari sisi perekonomian domestik, pertumbuhan ekonomi Sulsel di triwulan I-2024 diperkirakan tumbuh pada rentang 4,1%-4,9% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan IV-2023 sebesar 3,79% (yoy).
Sumber pertumbuhan terutama diperkirakan berasal dari peningkatan kinerja sub sektor perikanan, aktivitas kampanye dan Pemilu 2024 serta adanya HBKN Ramadhan yang lebih panjang.
Sementara dari sisi perkembangan harga, inflasi Sulsel pada Januari 2024 secara tahunan tercatat sebesar 2,38% (yoy), lebih rendah dari akhir tahun 2023 dan masih terkendali pada rentang sasaran inflasi nasional 2.5±1% di tahun 2024.
Komoditi penyumbang inflasi pada Januari 2024 bersumber dari kenaikan harga tomat, bawang merah, ikan-ikanan, udang basah, bawang putih, dan cumi.
Asisten II Bidang Ekonomi Pembangunan dan Kesejahteraan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulsel, dr. Muhammad Ichsan Mustari, menyambut baik upaya BI Sulsel bersinergi dengan pemerintah daerah.
Adanya riset mengenai rantai pasok dingin ini, tentunya diharapkan dapat dimanfaatkan Pemprov Sulsel serta stakeholders terkait untuk mendorong pertumbuhan sektor perikanan melalui pengembangan infrastruktur rantai pasok dingin yang lebih optimal.
Comment