BERITA.NEWS, Bantaeng – Forum Pemerhati Petani Butta Toa (FP2BT) kembali menyampaikan aspirasi soal kelangkaan pupuk di Kabuapten Bantaeng, Sulawesi Selatan. Sebelumnya, mereka juga pernah demonstrasi di DPRD Bantaeng, hanya saja tuntutan FP2BT belum menuai hasil.
Kini mereka melakukan unjuk rasa di depan Kantor Bupati Bantaeng, Jalan Andi Mannapiang, Kelurahan Lembang, Kecamatan Bantaeng, Kabupaten Bantaeng pada Selasa (21/7/2020).
Setelah menyampaikan orasi, mereka diterima oleh Bupati Ilham Azikin bersama Wabup Sahabuddin dan Kadis Pertanian, serta Kadis Koperasi UMKM dan Perdagangan. Pertemuan berlangsung dalam berdialog membahas kelangkaan pupuk subsidi.
“Beberapa kali kami melakukan aksi di DPRD Bantaeng, audiens, tapi output yang diinginkan soal pupuk ini belum terpenuhi,” kata Aidil Adha, peserta aksi yang ikut berdialog.
Aidil Adha mengatakan, pihaknya pernah mendapati penjualan eceran di Terminal Bantaeng yang menjual pupuk bersubsidi dengan harga di atas dari harga eceran tertinggi atau HET.
“Di terminal ada yang menjual di atas harga het, padahal harga het itu berkisar 90 ribu. Makanya kami datang meminta agar Bupati membubarkan atau ganti susunan KP3 (Komisi Pengawasan Pupuk dan Pestisida) yang ada karena dinilai tidak bertanggung jawab,” jelas Aidil.
Dia juga meminta agar Kadis Koperasi UMKM dan Pertanian dicopot lantaran tak mampu mengatasi maraknya penjualan eceran pupuk urea bersubsidi di atas HET.
Bupati Bantaeng, Ilham Azikin menjelaskan bahwa dirinya sementara mencermati kondisi dan dinamika yang terjadi. Termasuk aspirasi yang telah disampaikan di DPRD Bantaeng.
“Kami ambil langkah yang terbaik agar bisa memberikan sesuai kebutuhan masyarakat. Ini adalah bagian dari komitmen Ilham Azikin dan Sahabuddin yang menjamin ketersediaan pupuk dan benih,” katanya.
“Kami ingin laporkan bahwa sejak awal Juni kami telah bangun komunikasi ke Pemerintah Pusat melalui Pemerintah Provinsi, dan Alhamdulillah Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Sulsel meminta ke Pemerintah Pusat untuk menyikapi kelangkaan pupuk di Sulsel. Kelangkaan pupuk ini bukan hanya di Bantaeng saja,” kata Bupati Ilham Azikin.
Ayah empat anak itu menyebut, Pemda telah bertemu dengan KTNA Bantaeng guna menyampaikan persoalan pupuk ini. Bahkan Bupati bergelar doktor pemerintahan ini mengatakan bahwa dirinya melakukan perjalanan ke Jakarta untuk bertemu Direktur Pupuk Kementerian Pertanian.
“Ini langkah yang telah kami lakukan. Dari hasil desakan kami, secara lisan pejabat Kementan menyampaikan bahwa sebelum Idul Adha, ketersediaan pupuk akan dialokasikan kembali. Permasalahan ini mungkin belum bisa terselesaikan, namun kami telah melakukan upaya-upaya terbaik bagi para petani kita,” kata Ilham.
Putra Azikin Solthan ini menegaskan bakal melakukan koordinasi dengan aparat penegak hukum terkait aspirasi pengunjuk rasa tentang peredaran pupuk subsidi di luar HET. Ilham menyebut, sanksi hukum menanti bagi pengecer yang melakukan hal tersebut.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian, Budi Taufik menjelaskan pula bahwa kondisi saat ini sebanyak 7.217 ton pupuk urea telah dialokasikan dan didistribusikan sesuai dengan mekanisme yang ada.
“Kondisi saat ini Dinas Pertanian Bantaeng telah mengajukan permintaan kebutuhan pupuk urea yang awalnya hanya 5000 zak namun mendapat tambahan 2000 zak. Rencana pendistribusian tersebut telah dialokasikan sebanyak 3 kali per musimnya,” kata Budi.
Dia juga menyebut, selain pupuk urea, masih ada pupuk subsidi lain yang bisa dimanfaatkan seperti ZA, Organik, SP36, serta Ponska.
Terpisah, seorang pengunjuk rasa dari kalangan petani membeberkan bahwa mereka terpaksa membeli pupuk non-subsidi yang notabene harga terlalu mahal. Oleh sebab itu, mereka merasa tercekik dengan keadaan seperti ini.
“Yang ada ini cuman pupuk non subsidi. Semisal kisaran Rp180 ribu, kami petani sangat berat dengan harga itu. Belum lagi harus beli racun hama dan kebutuhan lainnya. Yah mau tidak mau harus dibeli dengan harga segitu, tapi masalahnya bahwa itu sangat mahal dan berdampak pada kerugian,” kata Harianto, petani yang ikut dalam aksi itu.
. SAHARUDDIN
Comment