Dipaksa Daftar Online, RS Andi Makkasau Parepare Dapat Komplain dari Warga

rs-andi-makkasau

RS Andi Makkasau Parepare. (Foto: Berita.News/ Wahyu)

PAREPARE, BERITA.NEWS – Pelayanan di Rumah Sakit (RS) Andi Makkasau Parepare kembali menjadi sorotan setelah salah seorang warga mengeluhkan pengalaman buruknya saat hendak melakukan pemeriksaan di salah satu poliklinik.

Keluhan ini disampaikan oleh seorang pasien bernama Kasim, yang merasa kecewa dengan sistem dan sikap petugas rumah sakit.

Menurut Kasim, pihak rumah sakit terkesan memaksa pasien untuk memiliki perangkat handphone Android guna melakukan pengambilan nomor antrian secara online.

“Saya sangat kecewa sekali dengan pelayanan di RS Andi Makkasau Parepare. Bayangkan, petugas di sana seakan-akan memaksa kami untuk memiliki HP Android agar bisa berobat,” ungkap Kasim usai berobat di RS tersebut, Jumat (27/12/2024).

Kasim menjelaskan bahwa saat akan mengambil nomor antrian untuk pengobatan berikutnya, ia diberitahu oleh petugas bahwa pendaftaran harus dilakukan secara online. Namun, karena dirinya tidak memiliki handphone, hal itu menjadi kendala besar baginya.

“Dia bilang ke saya kalau saya harus daftar melalui online untuk pengobatan selanjutnya. Bagaimana saya mau daftar online, HP saja tidak punya. Setelah saya berobat, petugas lain juga menyuruh hal yang sama. Ketika saya menjelaskan lagi, malah diberi jawaban tidak mengenakkan, hanya bilang ‘usahaki’. Kata itu benar-benar mengecewakan,” ujar Kasim.

Pelayanan Dinilai Makin Buruk

Kasim mengaku pengalaman buruk ini bukan kali pertama ia alami di RS Andi Makkasau Parepare.

Baca Juga :  Pemkot Parepare Pastikan Pengangkatan PPPK Dimulai 1 Juli 2025

Menurutnya, pelayanan di rumah sakit tersebut semakin memburuk dari waktu ke waktu, terutama karena kurangnya empati dari petugas.

“Kekecewaan yang saya dapat selama berobat di RS Andi Makkasau Parepare sudah tidak terhitung lagi. Pelayanan semakin buruk, utamanya dari petugas yang terkesan tidak peduli dengan kondisi pasien,” jelasnya.

Kasim bahkan menyebut, jika memungkinkan, ia akan memilih berobat di rumah sakit lain.

“Seandainya saya bisa pindah untuk berobat, saya akan pindah ke RS lain dan tidak mau lagi berobat di sini,” katanya dengan nada kecewa.

Harapan untuk Perbaikan

Kasus seperti ini mencerminkan perlunya perbaikan dalam pelayanan kesehatan, terutama di fasilitas kesehatan yang menjadi rujukan utama masyarakat.

Sistem berbasis teknologi memang mempermudah pelayanan, namun harus diimbangi dengan perhatian terhadap masyarakat yang belum memiliki akses atau kemampuan untuk memanfaatkannya.

Manajemen RS Andi Makkasau Parepare diharapkan segera memberikan tanggapan atas keluhan ini dan mengevaluasi sistem pelayanan mereka.

Tidak hanya untuk mencegah kejadian serupa terulang, tetapi juga untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap layanan kesehatan di rumah sakit tersebut.

Keberhasilan sebuah rumah sakit tidak hanya terletak pada fasilitas dan teknologi yang dimilikinya, tetapi juga pada kemampuan memberikan pelayanan yang manusiawi dan merangkul semua lapisan masyarakat tanpa terkecuali. (*)

Comment