BERITA.NEWS, Semarang – Pembelajaran tatap muka (PTM) di Jawa Tengah sudah dimulai pekan ini dengan melibatkan 2.539 sekolah, 67 di antaranya untuk tingkat SMA.
Para siswa di Kota Semarang memiliki kesan beragam dengan diberlakukannya PTM ini. Namun umumnya mengaku rindu dengan bangku sekolah bisa terobati setelah sekian lama melakukan pembelajaran jarak jauh atau daring.
Para siswa mengaku merindukan suasana sekolah, teman, dan guru. Mereka juga lebih mudah memahami materi pelajaran jika dilakukan secara tatap muka.
Ada pula yang mengaku pembelajaran jarak jauh sering terkendala dengan sinyal telepon seluler (handphone) yang terkadang kurang bagus.
Kesan itulah yang diungkapkan sejumlah siswa SMAN 6 Kota Semarang yang berada di Kecamatan Semarang Barat.
Seperti dialami oleh Naufal Nanda, siswa SMA Negeri 6 Kota Semarang, yang selama daring mengaku sering terkenala sinyal handphone.
Naufal pun mengaku melalui PTM bisa lebih paham mengikuti pembelajaran. Tentu saja mengikuti PTM lebih dia senangi ketimbang belajar melalui daring.
Selain faktor sinyal telepon seluler yang kadang kurang bagus, dia juga harus bergantian dalam pemakaian ponsel dengan anggota keluarganya.
“Kalau di rumah saya terkendala sinyal. Untuk HP juga bergantian,” katanya.
Sementara Amanda Sofia Maharani, juga siswa SMAN 6 Kota Semarang, mengaku senang bisa kembali melakukan pembelajaran tatap muka.
“Rindu suasana sekolah, teman-teman, ingin ketemu guru-guru juga, ingin keliling sekolah juga,” kata siswi kelas X ini, Rabu (1/9/2021).
Bukan hanya itu, dengan belajar tatap muka membuatnya lebih memahami pelajaran yang diajarkan para guru.
Misalnya, untuk mata pelajaran Matematika, Amanda mengaku lebih mudah memahami materi dengan pembelajaran tatap muka ketimbang melalui daring.
“Lebih senang PTM. Karena pada pelajaran Matematika mudeng-nya dijelaskan secara langsung,” jelas Amanda.
Untuk menerapkan pembelajaran tatap muka, pihak sekolah pun memberlakukan penerapan protokol kesehatan (prokes) secara ketat.
Kepala SMAN 6 Kota Semarang Lukita Yuniati menjelaskan bahwa pihak sekolah sangat ketat menerapkan prokes.
Bahkan, untuk simulasi PTM, pihak sekolah melakukannya sesuai regulasi. Yaitu ditunjuk dua rombongan belajar di setiap jenjangnya.
“Karena kita punya kelas X, XI, dan XII maka yang ikut simulasi PTM enam rombongan belajar. Tiap rombongan belajar terdiri dari 18 orang,” kata dia.
Menurutnya, untuk menyelenggaran simulasi PTM juga sudah mendapat izin dari pemerintah kecamatan, hingga orang tua. “Ya sudah ada izin, termasuk dari pihak orang tua siswa,” ujarnya.
Di dalam kelas, setiap meja yang dilarang ditempati maka diberi tanda silang, sehingga ada jarak antarsiswa. Selain itu, para siswa juga diwajibkan memakai masker.
- Yon
Comment