BERITA.NEWS, Makassar – Bank Indonesia (BI) Perwakilan Sulawesi Selatan (Sulsel) menyebutkan transaksi pembayaran digital sistem Quick Response Code Indonesian (QRIS) mengalami peningkatan selama masa pandemi Covid-19.
Berdasarkan data Bank Indonesia, perubahan tren dan perilaku transaksi pembayaran masyarakat ini tercermin dari peningkatan signifikan transaksi non-tunai di Sulawesi Selatan pada triwulan II 2021, baik dari sisi volume maupun nominal.
Volume transaksi menggunakan ATM/Debit meningkat 27% (year on year) dari 36,08 juta transaksi (Tw II 2020) menjadi 45,56 juta transaksi (Tw II 2021). Nominal transaksi meningkat 33% (yoy) dari Rp40,18 Triliun (Tw II 2020) menjadi Rp53,56 Triliun (Tw II 2021).
Sementara itu, volume transaksi uang elektronik meningkat 95,8% (yoy) dari 7,56 juta transaksi (Tw II 2020) menjadi 14,8 juta transaksi (Tw II 2021). Nominal transaksi meningkat 128,7% (yoy) dari Rp534,15 Milyar (Tw II 2020) menjadi Rp1,22 Triliun (Tw II 2021).
“Bank Indonesia mendukung digitalisasi sistem pembayaran UMKM di Sulawesi Selatan. Memanfaatkan peluang dan tren sistem pembayaran, sekaligus wujudkan UMKM GO DIGITAL di Sulawesi Selatan, Bank Indonesia terus mensosialisasikan dan mendorong penggunaan QRIS transaksi pembayaran,” kata Plt Kepala BI Sulsel Iwan Setiawan, Selasa (24/8/2021).
Menurutnya, QRIS merupakan solusi pembayaran digital UMKM. Secara nasional, terdapat sekitar 7,4 juta pelaku UMKM yang telah menggunakan QRIS, dimana sekitar 220 ribu diantaranya merupakan pelaku UMKM di wilayah Sulawesi Selatan.
“Dengan menggunakan QRIS, UMKM dapat menerima pembayaran secara non-tunai dari berbagai penyelenggara sistem pembayaran, baik bank maupun non-bank. Lebih jauh, QRIS juga menjadi solusi perluasan kanal pembayaran yang Cepat, Mudah, Murah, dan Handal bagi UMKM,” jelasnya.
“BI terus melakukan sosialisasi dan kerjasama dalam rangka mendorong penggunaan QRIS oleh masyarakat dan para pelaku UMKM di Sulawesi Selatan. Berbagai sinergi terus dilakukan oleh Bank Indonesia bersama dengan kalangan pelaku usaha, akademisi, pemerintah, kelompok komunitas, media massa,” pungkasnya.
- Andi Khaerul
Comment