BERITA.NEWS, Jakarta – Indikator Politik memberikan analisa terkait survei yang menunjukan elektabilitas Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo cenderung naik sedangkan elektabilitas Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menurun sebagai calon dalam Pilpres 2024. Seperti apa analisisnya?
“Analisis saya ketika saya cek berdasarkan pilihan 2019 pemilih Pak Jokowi yang memilih Anies Baswedan itu sedikit, sementara pemilih Pak Prabowo di 2019 diperebutkan banyak orang, ke Pak Prabowo sendiri, sebagian lain ke Anies Baswedan, sebagian lain dipeberutkan Sandiaga, ada yang lari ke AHY, dan Pak Gatot,” kata Direktur Eksekutif Indikator Politik, Burhanuddin Muhtadi saat dihubungi, Senin (8/6/2020), mengutip Detikcom.
Selain pilihan yang terbagi, Burhanuddin menjelaskan alasan lain elektabilitas Anies Baswedan menurun karena pemilih Pak Jokowi pada Pilpres 2019 yang lalu enggan melirik Anies Baswedan sebagai calon presiden 2024. Menurutnya, ada narasi kurang harmonis yang akhir-akhir ini terlihat dari keduanya.
“Pemilih Pak Jokowi kurang pilih atau melirik Anies dugaan saya ini terkait hubungan yang ditangkap publik seolah-olah ada narasi yang kurang harmonis antara Anies dan pusat (Jokowi) itu yang kemudian sebagian pemilih Pak Jokowi merasa mereka sulit memberikan pilihan ke Anies,” ucapnya.
Kemudian Burhanuddin menyebut pendukung Jokowi selama ini menganggap Anies justru menyerang Jokowi dalam berbagai kebijakan. Karena itu, menurutnya suara pendukung Jokowi justru terpecah kepada Ridwan Kamil dan Ganjar Pranowo.
“Ada hubungan ditangkap basis Pak Jokowi, Anies ini bukan bagian dari in group, tapi out group, ini perasaan baru muncul beberapa waktu belakangan, belakangan dan kebetulan narasinya itu yang ditangkap pendukung Jokowi itu Anies dianggap menyerang pemerintah pusat atau Pak Jokowi, di saat yang sama pendukung Mas Anies merasa terobosoan DKI selalu dihadang,” ujarnya.
“Perasaan kedua belah kubu secara elektoral justru ini merugikan Anies, karena Anies kurang mendapat dukungan dari pendukung Pak Jokowi dan ini justru jadi berkah buat Pak Ganjar dan Ridwan Kamil, beliau (Anies) mulai sadar narasi antagonistik yang terlanjur terbangun merugikan kepentingan elektoral karenanya ada keinginan memperbaiki ini,” sambungnya.
Alasan lainnya Burhanuddin menilai pandemi COVID-19 ini dijadikan panggung elektoral Pilpres 2024 yang akan datang bagi para kepala daerah. Menurutnya, banyak tokoh yang saat ini elektabilitasnya kalah lantaran tidak terekspos dalam penanganan COVID-19, salah satunya Menhan Prabowo Subianto.
“Visibility kelihatan, panggung COVID-19 ini beralih dari domain pusat, sebagian ditarik ke domain pemda, pemda ini sekarang lebih sering mendapatkan average penanganan COVID-19, calon-calon yang tidak dapat coverage punya indikasi menurun, Prabowo, Sandiaga, Mahfud, AHY itu turun, meski Pak Prabowo Menhan, tapi beliau tupoksinya bukan di COVID, apa lagi panggung bergeser ke pemda,” ungkapnya.
Seperti diketahui, Lembaga Survei Indikator Politik turut mengeluarkan survei pemilihan presiden. Ada dua kepala daerah mengalami kenaikan elektabilitas, yang lain mengalami penurunan dari periode survei sebelumnya.
Survei ini menggunakan pertanyaan ‘Jika pemilihan presiden diadakan sekarang, siapa yang akan Ibu/Bapak pilih sebagai presiden di antara nama-nama berikut ini?’. Hasilnya, nama Menhan Prabowo Subianto ada di posisi teratas dengan 14,1% suara. Namun, angka ini turun dari periode survei sebelumnya pada Februari.
Sejumlah nama lain yang masuk dalam survei adalah Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (RK). Dua nama ini mengalami kenaikan elektabilitas. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan beberapa tokoh lain mengalami penurunan elektabilitas dibanding yang mereka peroleh di Februari 2020.
Comment