Neraca Perdagangan Sulsel Surplus di Masa Pandemi Covid Tertinggi Selama 3 Tahun Terakhir

Plt Gubernur Sulsel Andi Sudirman Sulaiman Lepas Ekspor di Bandara Sultan Hasanuddin (Ist)

BERITA.NEWS, Makassar – Dampak pemulihan ekonomi di Sulawesi Selatan mulai terlihat di masa pandemi Covid-19. Salah satu indikatornya adalah neraca perdagangan Sulsel pada September 2021 mengalami surplus hingga US$ 128,43 juta. Jumat (5/11/2021).

Angka tersebut bahkan disebut tertinggi selama 3 tahun terakhir. Demikian seperti disampaikan Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sulsel, Suntono, Kamis (4/11/21).
Tingginya neraca perdagangan tersebut dipengaruhi performa ekspor Sulsel yang terus meningkat.

BPS mencatat, nilai ekspor  Sulawesi Selatan pada September 2021 menembus angka US$ 152,09 Juta. Mengalami peningkatan sebesar 31,33 persen jika dibandingkan dengan ekspor Agustus 2021 yang bernilai US$ 115,81 Juta.

“Yang paling menonjol itu ekspor impor, neraca perdagangan September  2021 ini surplus paling tertinggi selama 3 tahun terakhir,” ujar Suntono.

Sedangkan, nilai impor Sulsel  September 2021 sebesar US$ 23,66 Juta, menurun sebesar 49,98  persen dibandingkan dengan impor Agustus 2021 sebesar US$ 47,31 Juta.

Ia menyebut, secara keseluruhan, surplus neraca perdagangan di Sulsel meningkat sepanjang tahun tahun. Angkanya mencapai US$ 518,67 juta. Angka itu pun melampaui  capaian sepanjang tahun lalu yang hanya US$ 399,19 juta. “Ini masih menyisakan 3 bulan ke depan. Harapan kita ekspor semakin membaik sehingga akan memengaruhi  akumulasi akhir tahun,” kata Suntono.

Suntono mengatakan, ekspor Sulsel pada September masih didominasi lima komoditas. Tertinggi adalah nikel sebanyak 69,16 persen, menyusul biji-bijian berminyak 9,77 persen, besi dan baja 7,76 persen, garam, belerang, dan kapur 4,16 persen serta ikan dan udang sebesar 2,6 persen.

“Sebagian besar ekspor September 2021 ditujukan ke negara Jepang, Tiongkok, Korea Selatan, Filipina dan Australia,” jelasnya.

Selain itu, pihaknya juga mencatatkan inflasi Sulsel yang semakin terkendali yaitu sebesar 0,04 persen. “Inflasi menunjukkan terjadi kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 106,49 pada September 2021 menjadi 106,53 pada Oktober 2021,” ucapnya.

Inflasi ini berasal dari 2 daerah yaitu Bulukumba dan  Makassar. Sedangkan deflasi terjadi di 3 daerah lainnya yaitu Watampone, Parepare, dan Palopo.

Peningkatan juga ditunjukkan pada
Nilai Tukar Petani (NTP). NTP Sulsel pada Oktober 2021 sebesar 99.78, naik  0.88  persen dibanding NTP  September 2021 sebesar 98.90. Peningkatan  NTP, kata Suntono,  dikarenakan Indeks Harga yang Diterima Petani (lt) naik sedangkan Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) menurun. “Indeks Harga yang Diterima Petani (It) naik sebesar  0.73 persen, sedangkan Indeks Harga yangDibayar Petani (lb) turun sebesar 0.15 persen,” pungkasnya.

Sementara itu, Plt Gubernur Sulsel, Andi Sudirman Sulaiman menyampaikan pihaknya akan terus pacu pertumbuhan ekonomi. Apalagi di masa pandemi Covid-19 saat ini.

“Alhamdulillah, ekspor terus meningkat. Pada September 2021, ekspor menembus angka US$ 152,09 Juta. Kita terus mendorong bagaimana ada layanan ekspor lebih memudahkan. Karena ini akan berdampak pada perekonomian masyarakat, serta upaya pemulihan ekonomi kita di Sulawesi Selatan,” jelasnya.

Andi Khaerul

Comment