BERITA.NEWS, Luwu – Setelah bertandang ke Dekranasda Pemerintah Kabupaten Sleman, tim Satgas PEN Luwu melanjutkan studi tiru di Desa Ponggok, Kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, Sabtu (10/4/2021).
Bersama tiga puluh kepala desa se-Kabupaten Luwu, tim Satgas yang dipimpin ketua Erni Veronica Maramba, SH, M.Hum tiba di Balai Desa Ponggok tepat pukul 10.00 WIB.
Kedatangan rombongan ini masih dalam rangka upaya pemulihan ekonomi pasca pandemi melalui pemberdayaan Bumdes.
Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (DPMD) Luwu Drs. H. Bustan, M.Si dalam menyampaikan maksud kedatangan tim berkunjung ke Desa Ponggok ini adalah untuk belajar tentang sistem pengelolaan Bumdes dan pemerintahan desa yang nantinya bisa diadopsi sekaligus menjadi pembanding dalam mengembangkan potensi desa khususnya di Kabupaten Luwu.
Karena itu dirinya berharap agar pengelola Bumdes Tirta Mandiri milik Pemdes Ponggok berkenan berbagi ilmu dan kiat sehingga Bumdes ini bisa berkembang dengan cepat.
Sementara, Ketua Tim Satgas PEN Luwu Erni Veronica Maramba dalam sambutannya mengharapkan kepada para kepala desa yang hadir agar studi tiru ini benar-benar dapat dimanfaatkan untuk mendapatkan referensi ilmu dan pengalaman dalam mengelola potensi sumber daya alam di desa.
Erni yang juga Kepala Kejaksaan Negeri Belopa berharap agar Bumdes sebagai wadah yang memiliki entitas sebagai sumber pendapatan dapat dikelola secara maksimal.
Kedatangan tim Satgas PEN Luwu di desa yang memiliki luas wilayah 77,22 Ha2 dengan jumlah penduduk 2.200 jiwa ini diterima Pemerintah Daerah Kabupaten Klaten melalui Kabid Pengembangan SDA, TTG dan Ekonomi Masyarakat, Dinas Permasdes Klaten, Widada, S.Si, M.Si.
Dalam sambutan tertulisnya, Bupati Klaten mengapresiasi dengan positif kemandirian warga pedesaan dalam meningkatkan kesejahteraan sebagai mana yang diamanatkan Permendagri No. 39 Tahun 2010 tentang BumDes.
Menurut orang nomor satu di Klaten itu jika Bumdes di wilayahnya merupakan instrumen pendayagunaan ekonomi lokal dengan beragam jenis potensi yang berkonstribusi besar dalam menyumbang pendapatan asli desa.
Sementara Kepala Desa Ponggok, H. Junaedhi Mulyono, SH memaparkan bagaimana perjalanan desa yang dipimpinnya itu menjadi miniatur percontohan kemajuan pembangunan desa di Indonesia.
Junaedhi berkisah, jika tahun 2007 yang lalu desa yang dipimpinannya berada di urutan kedua terakhir dari 391 desa di Klaten dengan kategori desa tertinggal. Namun berkat keuletan dan kegigihan usaha, hanya berselang dua tahun, yaitu 2009 Desa Ponggok perlahan bangkit dari ketertinggalan.
Kades dua periode ini juga menjelaskan, maju tidaknya suatu desa tergantung dari bagaimana pemangku adat dan tokoh yang ada berkolaborasi mewujudkan setiap program pembangunan yang telah direncanakan.
Dalam hal pemulihan ekonomi masyarakat, salah satu upaya yang dilakukannya adalah berkolaborasi dengan UMKM dalam melakukan pemasaran hasil produksi melalui kelompok-kelompok kecil yang dibentuknya.
Selain itu, pemerataan ekonomi masyarakat melalui kebijakan desa dengan mewajibkan setiap tamu yang datang untuk menikmati hidangan yang dibuat oleh masyarakat melalui usaha rumahan.
Junaedhi juga telah menjadikan Desa Ponggok sebagai desa wisata air yang dikelola langsung oleh Bumdes.
Dari sekian banyak program unggulan desa yang memiliki pendapatan Rp3,4 miliar tersebut, yang paling menarik adalah program pelestarian lingkungan hidup. Dimana setiap warganya yang hendak menikah diwajibkan untuk menanam minimal dua pohon.
Selain itu, program satu rumah satu sarjana serta jaminan kesehatan bagi warga desa tanpa terkecuali membuat decak kagum.
Di akhir paparannya, Junaedhi memberikan sugesti dan motivasi dengan menyebut jika kunci keberhasilan dan kemajuan suatu desa adalah bagaimana mewujudkan sebuah mimpi.
“Dan mimpi desa bukan saja tentang infrastruktur, tapi termasuk mimpi sosial, ekonomi, budaya, pendidikan dan kesehatan warga,” katanya.
- Muh Asri
Comment