BERITA.NEWS, Jakarta – Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini berbicara mengenai peluangnya maju di Pilgub DKI Jakarta. Risma mengatakan Tuhan akan mengatur jalan hidupnya dan dia tak ingin punya nafsu kekuasaan.
“Nanti itu Tuhan akan mengatur jalan hidup saya, semua saya serahkan pada Tuhan karena saya sampaikan saya nggak mau kemudian saya punya nafsu. Mohon maaf di dalamnya ada nafsu kekuasaan itu yang saya nggak mah karena itu berat,” kata Risma di sela-sela Rakernas I PDIP, JI Expo, Kemayoran, Jakarta Pusat, Sabtu (11/1/2020).
Oleh karena itu, Risma tak ingin memikirkan soal peluangnya maju Pilgub DKI. Termasuk siapa pun yang meminta dirinya maju Pilgub DKI, Risma tak ingin memikirkan lebih jauh.
“Makanya saya nggak mau mikir. Siapa pun yang minta, saya ketawa, dan ya sudah lepas,” sambungnya,” ujar Risma.
Risma mengatakan dirinya masih fokus kerja di Surabaya. Sebab dia masih menerima laporan warganya yang tak bisa sekolah.
“Kadang-kadang kalau ada laporan, ya Tuhan, ya sudah saya cari sampe kemana-mana punya masalah misalkan nggak bisa sekolah. Tapi kenapa masih ada terus setiap hari,” ucapnya.
Dengan kondisi tersebut, Risma merasa tak dapat berpuas diri sebagai Wali Kota Surabaya. Risma mengatakan memang pembangunan infrastruktur di Surabaya cukup pesat, namun di dalamnya masih ada warga yang harus diurusi.
“Artinya memang saya nggak boleh berpuas hasil, apalagi temen-temen melihatnya mungkin cuma kasat mata. Secara fisik misalkan Surabaya tamannya bagus, udaranya bersih, nggak banjir, itu kan secara fisik. Padahal di dalam selalu saya katakan, kota atau wilayah itu bukan kata benda, di dalamnya ada manusianya yang harus juga diopeni (diurus),” imbuhnya, dikutip dari Detikcom.
Sebelumnya, sebanyak 24 Anggota DPRD DKI Jakarta dari Fraksi PDI Perjuangan menimba ilmu ke Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini. Selain menimba ilmu, misi lain apakah yang mereka emban saat bertemu walikota perempuan pertama di Surabaya ini?
Ketua Fraksi Gembong Warsono saat dikonfirmasi mengatakan kunjungan rombongan DPRD DKI dari fraksi PDIP merupakan ‘sinyal’.
“Sinyal aja, sampean terjemahkan sendiri, kalau saya nggak boleh gegeh mongso (mendahului kehendak). Lha ini sinyal menurut teman-teman Surabaya bisa diterjemahkan sendiri,” kata Gembong sembari tersenyum kepada wartawan di Balai Kota Surabaya, Jumat (20/11).
Comment