Wawancara Khusus Direktur RSKD Dadi Sulsel, dr Arman Bausat; Tolong Kirimi Kami Pasien

SEJAK diberi tanggung jawab per 5 Juli 2019 sebagai Direktur Rumah Khusus Daerah (RSKD) Dadi Provinsi Sulsel, dr Arman Bausat Sp B, Sp OT banyak melakukan perubahan. Rumah sakit yang dulu dikenal sebagai rumah sakit “orang gila”, buruk dan kumuh, pelan-pelan menjelma menjadi rumah sakit andalan Pemprov Sulsel. Apa yang sudah dikerjakan dokter spesialis bedah sekaligus Plt Kadis Kesehatan Sulsel ini? dan seperti apa rencananya di tahun 2022? Berikut petikan wawancaranya dengan BERITA.NEWS di akhir tahun 2021:

+ Apa tantangan pertama saat memimpin rumah sakit ini?

– Awalnya saya diangkat Juli 2019. Kami kewalahan dan kerepotan untuk memenuhi kebutuhan pasien jiwa rawat inap yang melebihi kapasitas. Saat itu ada 546 pasien, padahal daya tampungnya hanya 200 pasien sesuai jumlah tempat tidur dan secara regulasi tidak bisa menolak pasien yang datang. Pelan-pelan kami perbaiki semua itu.

+ Saat kita mengalami pandemi Covid-19, bagaimana situasi rumah sakit ini?

– Saat covid, kalau RS Wahidin penuh, RSKD Dadi jadi pilihan selanjutnya. Saat itu pendapatan meningkat di tahun 2020. Itulah saya tata di 2021, gerbang dipercantik di depan, orang tidak mau datang, rumah sakit jiwa, pelayanan tidak baik, gedung tidak baik.Pelan-pelan kita kikis itu semua. H<span;>arus cantik di depan. Langah awal, saya fungsikan di depan, pelayanan poliklinik umum supaya stigma pasien jiwaku hilang. Kemarin kita undang semua puskesmas, kami berubah, puskesmas kita ajak, tolong dong kirimi kami pasien.

+ Selain pelayanan makin baik, fasilitas apa yang ada di rumah sakit ini?

Kita punya oksigen generator. Ternyata di Jawa sudah ada yang punya, cuma kita lambat gunakan, nanti setelah serangan covid kedua akhir tahun 2020 kekurangan oksigen, baru saya berpikir. Saya langsung telepon Pak Gubernur. Pak Gub saya mau beli oksigen generator. Apa itu? Suatu alat yang bisa memproduksi oksigen, saya sudah survei akhirnya dan dibeli. Alatnya bisa produksi 48 tabung perhari, artinya kan saya juga bisa berbisnis, BUMD kan masih bisa mencari uang dimana saja, itu satu.

Kedua, saya beli mesin pencacah limbah, kenapa? Pada waktu covid, uangku habis untuk bayar itu sampah B3, kenapa? Karena pada waktu covid keluar edaran dari lingkungan hidup, limbah covid itu termasuk apa yang pernah dipegang orang covid, biar dus nasinya dianggap limbah covid, akibatnya apa? Suatu hari itu tidak sampai 1 minggu, 2 sampai 3 ton, 1 kg 30 ribu, kau bisa bayangkan itu, ratusan juta, covid terus ini, namakan ki nanti. Di Jawa, ada teman punya itu alat pencacah limbah, dia bakar itu limbah sampai itu steril. Saya lapor pak gub, pak gub saya lihat disini, saya mesti begini, belimoko, saya beli lagi, sekarang limbah B3 ini kita bakar dan steril. Hasil akhirnya itu bisa jadi sampah biasa. dan itu alatnya itu sudah ada semua izin dari Kementerian Lingkungan Hidup.

+ Apa rencana di tahun 2022 ini?

Tahun 2022, rumah sakit ini, saya akan kerjasamakan dengan pihak ketiga. Untuk lebih memperbaiki manajemen rumah sakit. Sekarang rumah sakit pemerintah yang sementara akan berjalan RS Labuang Baji kerjasama dengan anak perusahaannya Pertamina, PT Petra Medika. Enam bulan kemudian menyusul RSKD Dadi.

Rencana ini bagian dari amanah Plt Gubernur Sulsel, Andi Sudirman Sulaiman yang ingin melihat rumah sakit daerah tidak terpuruk dan memberikan pelayanan optimal kepada masyarakat. Di satu sisi saya sebagai Plt Kadis Kesehatan Sulsel, saya diberi amanah oleh Pak Gubernur bagaimana rumah sakit pemerintah daerah ini dioptimalisasi semua karena kalau tidak, maka betul-betul akan terpuruk.

Bayangkan pendapatan di tujuh rumah sakit pemerintah daerah lebih besar pendapatannya satu rumah sakit swasta, itulah Pak Gubernur arahkan harus optimalisasi, bagaimana caranya, dikerjasamakan dengan pihak ketiga.

Comment