BERITA.NEWS, Jakarta – Kabar baik untuk kita semua. Pemerintah mengumumkan vaksin Corona mulai diproduksi pada Januari atau Februari 2021. Hal itu diungkapkan Menteri BUMN Erick Thohir usai meresmikan aplikasi Ferizy milik PT ASDP Indonesia Ferry (Persero).
Erick mengatakan pemerintah sudah menerima vaksin Corona dari China dan sedang dilakukan uji klinis oleh PT Bio Farma.
“Yang bapak harus ketahui vaksin sudah akan diproduksi tapi itu baru Januari-Februari tahun depan, berarti masih 6-7 bulan lagi kita harus menghadapi COVID ini yang tidak hanya di Indonesia, tapi seluruh negara di dunia,” kata Erick saat meresmikan aplikasi Ferizy melalui video conference, Sabtu (25/7/2020).
Sambil menunggu vaksin Corona diproduksi, Erick menghimbau kepada seluruh masyarakat tetap menjalankan protokol kesehatan secara disiplin, mulai menggunakan masker, mencuci tangan, hingga jaga jarak (physical distancing).
“Tidak ada lagi istilahnya harus diancam pakai masker, didenda baru pakai, tapi protokol ini pakai masker, cuci tangan, jaga jarak, harus menjadi prioritas utama kita kalau mau kembali merasa aman,” jelasnya, mengutip Detikcom.
Menurut dia, masih ada waktu sekitar enam sampai tujuh bulan bagi masyarakat untuk ikut andi memutus rantai penyebaran COVID-19 dengan melaksanakan protokol kesehatan hingga vaksin Corona benar-benar diproduksi.
“Ini bisa berhasil kalau masyarakatnya bersatu, tentu saya harapkan bisa didukung semua yang hadir, dan insha Allah kita semua pemerintah pusat, pemerintah daerah, masyarakat bersatu menghadapi COVID-19,” ungkapnya.
Kerja sama pengembangan vaksin virus Corona (COVID-19) dari China sempat menimbulkan pro dan kontra di masyarakat. Sebagaimana diketahui, vaksin asal China ini merupakan buatan Sinovac Biotech Co. yang merupakan perusahaan biofarmasi yang fokus pada penelitian, pengembangan, pembuatan, dan komersialisasi vaksin. Perusahaan tersebut berbasis di Beijing, China.
Menjawab keresahan tersebut, PT Bio Farma (Persero) pun angkat bicara. Menurut Head of Corporate Communication PT Bio Farma, Iwan Setiawan salah satu alasan penunjukkan Sinovac sebagai mitra pengembangan vaksin adalah karena Sinovac memiliki beberapa kesamaan dengan Bio Farma, terutama dari riset vaksinnya. Keduanya sama-sama telah melakukan riset terhadap jenis vaksin yang sama yakni inactivated vaccine SARS Cov-2.
“Jadi ada beberapa yang ada kesamaan. Kan ada kemudian ada vaksin inactivated vaccine SARS Cov-2, kemudian ada recombinant. Nah ini yang dibuat di mereka itu adalah yang inactivated, kita yang kita buat di Bio Farma juga sama,” ungkap Iwan dalam acara Market Review IDX Channel, Kamis (23/7/2020).
Selain itu, keduanya juga menggunakan teknologi yang serupa sehingga mempermudah proses produksi.
“Ada kesamaan teknologi, sehingga kita tidak perlu lagi ada pengembangan dari sisi teknologi karena kita sudah menguasainya di Bio Farma dan nanti kita tinggal membuat secara massal saja,” sambungnya.
Lalu, produk-produk Sinovac juga secara lembaga sudah diakui oleh World Health Organization (WHO), sehingga secara kualitas sudah tidak perlu diragukan lagi.
“Kemudian berikutnya dari sisi quality kita kan Bio Farma sudah terakreditasi oleh WHO produk kita. Nah untuk Sinovac juga sama, produknya yang lain sudah terakreditasi oleh WHO,” tambahnya.
Rencananya, bila proses uji klinis tahap III menunjukkan hasil yang positif, Bio Farma memproduksi sebanyak 250 juta dosis vaksin setiap tahunnya. Namun, untuk tahap pertama, Bio Farma hanya akan memproduksi 100 juta dosis.
Bila semua berjalan mulus sesuai rencana, maka diperkirakan Bio Farma bisa mulai memproduksi vaksin pada Januari 2021.
Comment