BERITA.NEWS, Jakarta – Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu terpaksa dievakuasi saat berkampanye setelah sebuah roket yang diluncurkan dari Jalur Gaza berupaya menghantam Kota Ashkelon pada Rabu (25/12).
Militer Israel menuturkan roket itu berhasil ditembak jatuh oleh sistem anti-rudal mereka, Iron Dome, sebelum menghantam Ashkelon yang berjarak 12 kilometer dari wilayah Palestina.
Stasiun televisi Israel memperlihatkan Netanyahu dikawal turun panggung oleh para pengawalnya di tengah pidatonya tak lama setelah sirine peringatan berbunyi. Netanyahu disebut segera dibawa ke rumah aman usai peringatan serangan roket itu berbunyi.
Ini kedua kalinya Netanyahu dievakuasi karena insiden serupa. Pada September lalu, Netanyahu juga terpaksa dievakuasi setelah kampanyenya di Kota Ashdod diinterupsi bunyi sirine peringatan serangan roket.
Hingga kini, belum ada pihak yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan Roket di Hari Natal tersebut.
Namun, Hamas dan Jihad Islam kerap meluncurkan serangan roket ke Israel dalam beberapa waktu terakhir sebagai balasan serangan udara Israel yang membunuh sejumlah petinggi kelompok militan Palestina tersebut.
Pada November lalu, Israel meluncurkan sejumlah serangan roket ke wilayah Gaza dan Suriah. Serangan-serangan itu menewaskan sejumlah petinggi Jihad Islam, termasuk sang pemimpin bernama Baha Abu al-Atta.
“Dia [Al-Atta] sudah tidak ada lagi,” kata Netanyahu sambil tersenyum dalam sebuah video yang beredar di media sosial seperti dilansir AFP.
Pernyataan itu mendapat sorakan dari para pendukung saat Netanyahu berkampanye di Ashkelon.
Mengutip CNN Indonesia, Netanyahu diperkirakan akan tetap menjadi pemimpin partainya, Likud, dalam pemilihan ketua tahun ini. Kepemimpinan Netanyahu masih terancam setelah ia dan rivalnya, Benny Gantz, gagal membentuk koalisi usai meraih suara beda tipis dalam pemilihan umum pada September lalu.
Parlemen Israel (Knesset) memutuskan membubarkan badan legislatif tersebut setelah tenggat waktu yang diberikan Netanyahu dan Gantz untuk membentuk pemerintahan gagal dipenuhi.
Israel pun harus menggelar pemilihan umum lagi untuk ketiga kalinya demi keluar dari krisis politik ini.
Netanyahu yang diusung Partai Likud menetapkan syarat siap membentuk pemerintahan bersama Gantz asalkan dia tetap menjabat sebagai perdana menteri. Namun, Gantz yang memimpin Partai Biru Putih menolak syarat itu.
Selain menghadapi lawan yang cukup tangguh, Netanyahu juga dirundung kasus dugaan korupsi yang terus menghantuinya sejak 2017 lalu. Meski telah berulang kali diperiksa polisi, Netanyahu belum juga didakwa atas tiga dugaan kasus korupsi.
Jaksa Agung Israel sempat mengisyaratkan akan mendakwa orang nomor satu di Israel itu sebelum pemilu pada September lalu digelar. Namun, hingga kini rencana itu belum terlaksana.
Comment