BERITA.NEWS, Bulukumba – Dalam dunia yang sudah semakin maju dan modern ini sering berdampak kepada himpitan ekonomi yang terus-menerus mencekik rakyat kalangan menengah kebawah.
Tak layak, hal ini pun menjadi alasan yang membuat anak-anak pun ikut turun tangan untuk mencari nafkah.
Yang lebih mengaharukannya lagi adalah biasanya pekerjaan yang dilakukan oleh anak-anak tersebut merupakan pekerjaan yang biasanya dilakukan oleh orang-orang dewasa.
Akhir-akhir ini banyak fenomena sosial yang terjadi di kalangan masyarakat. seperti kisah Aldi kini beranjak usianya yang belum genap 13 tahun. bocah Sekolah Dasar (SD) asal Dusun Loka Desa Tamaona Kecamatan Kindang Kabupaten Bulukumba banting tulang guna demi membahagiakan sang nenek yang tercinta.
Seperti apa yang di fosting di facebook milik akun Muh Yunus Beberapa hari lalu ia menuliskan kisah bocah sekolah dasar yang membanting tulang demi memberikan uang belanja sang nenek.
Sunggu miris sekali nasibnya, masa mudanya hanya bisa dihabiskan untuk sekolah dan bermain malah harus dipakai bekerja petik/panen cangkeh.
Ia yang hidup sebatang kara dan hanya tinggal bersama sang nenek merasa sedih atas kondisi sang pengasuhnya yang akhir-akhir ini sakit-sakitan. Ia pun berinisiatif untuk bekerja paruh waktu selepas sekolah untuk uang belanja.
Sudah memasuki 2 tahun musim cengkeh bekerja paruh waktu, mirisnya lagi pernah jatuh dari tangga terbuat dari bambu ketinggian 7 meter dari 11 anak tangga.
Kondisi yang memperihatinkan harus terus dijalani oleh Aldi bocah berumur kurang lebih 11 tahun yang kini tengah duduk di bangku kelas 6 SD kehilangan orang tuanya yang tinggal merantau ke Malaysia membuatnya diasuh oleh neneknya selama ini.
Bukannya mendapat kasih sayang utuh, ia malah harus merawat sang nenek juga karena usianya sudah tak lagi muda yaitu 70an tahun.
Bocah Kelas 6 SD ditambah lagi kondisinya yang sakit-sakitan membuat Aldi merasa sedih sehingga ia berinisiatif untuk mengumpulkan uang demi membahagiakan neneknya.
Nunni, sang nenek juga mengaku bahwa Aldi sudah menjalani rutinitas ini selama dua tahun setiap musim panen cangkeh.
“Aldi Bekerja di mana-mana dipanggil petik/panen cangkeh,”ucap sang nenek Aldi
Bermula dari seringnya Aldi main ke tempat dimana orang petik/panen cangkeh. Dia lalu ditawari untuk membantu sedikit pekerjaan di sana. Mengingat kondisinya di rumah yang sudah tak karu-karuan, Aldi pun menerima tawaran itu dengan upah sesuai upah orang dewasa.
Sekedar di ketahui Petik/panen cengkeh. Dia melakukan pekerjaan paruh waktunya sepulang sekolah, mulai dari pukul 13.00 hingga 16.00 kebelakangan ini semasa musim petik/panen cangkeh sering bolos/tidak masuk sekolah (kesempatan sekali setahun) Ia diberi upah mulai dari Rp. 2.500 perliter. Namun, semua upahnya pun langsung diserahkan kepada sang nenek tanpa ia ambil sedikitpun. Ia berharap uang yang ia hasilkan dapat membantu meringankan beban neneknya.
Kini Aldi ditinggal sendirian oleh orang tuanya membuat kondisi psikologis Aldi berantakan. Bukan hanya karena ia harus merawat sang nenek sehingga prestasi di sekolahnya keteteran, tapi juga disebabkan oleh kurangnya perhatian.
- IL
Comment