Rahmawati, Guru SD di Bulukumba yang Berjuang di Tengah Mutasi dan Keterbatasan

mutasi-guru

Rahmawati Usai Ikut RDP di DPRD Bulukumba Terkait Mutasi Guru. (Foto: Berita.News/ Syarif)

BERITA.NEWS, Bulukumba – Menjadi guru bukan sekadar profesi, melainkan panggilan hati untuk mengabdi. Namun bagi Rahmawati, seorang pendidik sekolah dasar di Kabupaten Bulukumba, pengabdian itu kini dipenuhi ujian yang tak ringan.

Sejak dimutasi dari SDN 59 Tanete, Kecamatan Bulukumpa ke SDN 302 Lattae, Tamona, Kecamatan Kindang, perjalanan hidupnya berubah drastis.

Rahmwati bersama Suaminya, Ramlan Hasan berdomisili di Jalan Kelapa Tanete, Kelurahan Jawi-jawi, Kecamatan Bulukumpa, Kabupaten Bulukumba.

Setiap hari ia harus menempuh jarak jauh melewati medan yang melelahkan. Rasa letih dan sakit sering kali menjadi teman setia.

Suaminya, Ramlan Hasan, juga mengalami hal serupa. Ia yang sebelumnya bertugas di PPI Tanete, kini dimutasi ke Kantor Lurah Mariorennu, Kecamatan Gantarang.

Meski demikian, Ramlan tetap berusaha mendampingi istrinya, bolak-balik mengantar dan menjemput Rahmawati ke tempat tugas. Namun jika tak sempat, Rahmawati harus berangkat seorang diri.

“Pernah saya jatuh dari motor karena terlalu lelah. Bagian belakang tubuh saya sakit sampai harus dirawat. Dokter bahkan memberi cuti tiga bulan,” kenangnya dengan suara lirih.

Antara Pengabdian dan Keterbatasan

Meski kondisi kesehatannya kian menurun, Rahmawati tetap memaksakan diri hadir di sekolah. Baginya, anak-anak yang menunggu di kelas adalah alasan terkuat untuk tetap bertahan.

“Biasanya saya berangkat subuh. Sampai di sekolah, tenaga sudah habis, pikiran tidak lagi fokus. Itu yang bikin saya sedih, karena khawatir anak-anak tidak mendapat pembelajaran yang maksimal,” ungkapnya.

Di luar sekolah, Rahmawati juga memikul tanggung jawab besar. Ia adalah Wakil Ketua PKK di desanya, sekaligus aktif mewakili Bulukumba dalam berbagai kegiatan, mulai dari paduan suara pada upacara kabupaten hingga ajang PGRI di Soppeng.

“Kalau saja dikembalikan ke sekolah asal sebelumnya atau minimal yang lebih dekat, mungkin saya bisa lebih maksimal di semua peran. Baik sebagai guru, sebagai istri, maupun di tengah masyarakat,” tuturnya penuh harap.

Harapan akan Perlindungan

Lebih dari sekadar jarak dan lelah, perjuangan Rahmawati adalah tentang kebutuhan akan kebijakan yang manusiawi. Ia berharap dinas terkait, termasuk organisasi profesi guru, dapat memberikan perlindungan.

“Saya tidak meminta banyak. Hanya ingin dikembalikan, atau setidaknya ditempatkan di sekolah yang lebih dekat dengan rumah,” pintanya.

Ketua PGRI Bulukumba, Hj. Amrina Andi Muri, mengakui bahwa keluhan serupa kerap ia terima dari guru-guru lain.

“Aspirasi guru terus kami sampaikan. Kami berkoordinasi dengan OPD, Satgas Pendidikan, hingga BKPSDM untuk memastikan mutasi sesuai regulasi, dan tidak mengganggu tugas mengajar,” jelasnya.

Tegar dalam Jalan Pengabdian

Sudah sembilan bulan Rahmawati menjalani tugas di sekolah barunya. Meski lelah dan sakit kerap menghampiri, ia tetap berusaha tegar.

Baginya, menjadi guru bukan hanya soal mengajar, tetapi juga tentang bertahan demi masa depan anak-anak bangsa.

Karena sejauh apa pun jarak, dan seberat apa pun beban, Rahmawati percaya pengabdian sejati tidak akan pernah padam.

Comment