BERITA.NEWS, Bulukumba – Di tengah sorotan publik terhadap tumpukan sampah dan lambannya penanganan dari pemerintah, seorang polisi tampil berbeda.
Bukan dengan seragam resmi dan sirene nyaring, melainkan dengan sepeda motor bak terbuka penuh sampah.
Ia melintasi lorong-lorong perumahan BTN Puri Asri, Desa Polewali, Kecamatan Gantarang, Kabupaten Bulukumba.
Sore itu, Senin (30/6/2025), sepeda motor warna hijau tua yang mengangkut gunungan sampah terparkir di ujung lorong kompleks.
Lalat mengerumungi sampah yang mengeluarkan aroma menyengat, tercium bahkan dari jarak puluhan meter.
Di bawah gazebo warga, tiga pria duduk santai menikmati biskuit dan air mineral.
Salah satu dari mereka mengenakan kaus bertuliskan “POLISI” di punggungnya. Dialah Ganja sapaan akrab Aipda Ahmad Syarifuddin.
Ahmad Syarifuddin bukan petugas kebersihan, melainkan Bhabinkamtibmas yang sehari-hari bertugas di Polsek Kindang.
Namun, sejak tahun lalu, ia memikul peran ganda menjadi relawan sampah bagi warga komplek BTN Puri Asri, tempat tinggalnya.
Awal dari Kekacauan Sampah
Masalah bermula pada 2023 ketika pengelolaan sampah di kompleks perumahan itu menjadi sumber konflik.
Warga mulai menumpuk sampah di depan rumah masing-masing.
Tak jarang, tumpukan itu meluber ke jalan, menciptakan bau menyengat yang mengganggu kenyamanan.
“Lingkungan jadi tidak sehat. Bau menyengat sampai ke mana-mana. Petugas sampah tidak datang berhari-hari,” kenang Ahmad.
Perseteruan antara warga, pengembang perumahan, dan Dinas Lingkungan Hidup pun tak terhindarkan.
Namun, alih-alih ikut menyalahkan, Ahmad justru mencari solusi.
Solusi dari Seorang Polisi
Dengan pendekatan kekeluargaan, Ahmad mengetuk satu per satu pintu rumah tetangganya, mengusulkan solusi yakninpengelolaan sampah secara mandiri.
Ide ini disambut antusias. Warga pun sepakat patungan untuk membeli sepeda motor bak terbuka bekas.
“Awalnya masyarakat kami ajak iuran, akhirnya kami bisa beli motor bekas. Sekarang kita kelola sendiri sampah,” ujar Ahmad.
Dari 150 kepala keluarga, setiap rumah menyumbang Rp20 ribu per bulan.
Uang itu digunakan untuk membayar dua remaja yang membantu pengangkutan dan untuk membeli bahan bakar kendaraan.
Bangkitnya Kesadaran Kolektif
Kini, dua kali sehari, Ahmad dan para asistennya keliling perumahan, mengangkut sampah warga.
Tak ada lagi tumpukan sampah menumpuk di lorong-lorong.
BTN Puri Asri pun berubah wajah lebih bersih, lebih sehat.
“Ini sampah plastik, Pak,” ucap seorang ibu sambil menyerahkan karung berisi limbah rumah tangga.
Ahmad menerimanya tanpa ragu, lalu mengangkatnya ke atas bak motor dengan bantuan dua remaja.
“Saya tidak jijik. Justru kita harus jadi teladan. Dengan begitu, kita juga ikut menjaga lingkungan tempat tinggal kita,” katanya mantap.
Lebih dari Sekadar Polisi
Dedikasi Ahmad sebagai relawan sampah menuai pujian dari warga. Bagi mereka, Ahmad adalah simbol harapan dan teladan kepedulian.
“Pak Ganja itu luar biasa. Bukan hanya menjaga keamanan, tapi juga lingkungan kami. Semoga selalu diberi kesehatan,” tutur Musdalifa, salah satu warga.
Meski bertugas sebagai polisi di Desa Orogading dan Desa Tamaona yang berjarak 30 kilometer dari rumahnya, Ahmad selalu menyempatkan diri untuk memastikan sampah di kompleks tempat tinggalnya telah terangkut sebelum berangkat dinas.
Bahkan, jika ada laporan sampah belum diangkut, Ahmad tanpa ragu menghubungi dua rekannya untuk turun tangan membantu.
Di Tengah Krisis Sampah Bulukumba
Aksi Ahmad terasa kontras dengan kondisi pengelolaan sampah di Bulukumba secara keseluruhan.
Menurut data Pemerintah Kabupaten, setiap hari sekitar 283 ton sampah tidak terkelola dengan baik.
Limbah ini mencemari lingkungan, termasuk tiga sungai utama di wilayah tersebut.
Namun di tengah keterbatasan, satu langkah kecil dari seorang aparat kepolisian mampu memberi dampak besar bagi satu komunitas.
Ganja mungkin hanyalah satu dari sekian banyak nama, namun di BTN Puri Asri, ia telah menjadi simbol kepedulian dan agen perubahan.
Comment