HMI Cagora: Kampus Tempat Mencetak Generasi Emas, Bukan Uang Palsu

BERITA.NEWS, Makassar – Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Gowa Raya (Cagora), mengibaratkan kasus uang palsu yang menyeret Kepala Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar seperti “Luka yang Ditaburi Garam”, perih dan sangat menyakitkan.

Itulah yang disampaikan Kabid Infokom HMI Cagora, Takbir. Menurutnya, para petinggi Kampus UIN Alauddin perlu bercermin dan melakukan “Muhasabah Massal” sebagai bentuk refleksi atas fenomena yang kian hari kian mencoreng UIN Alauddin.

Dia menjelaskan bahwa sejatinya, kampus atau perguruan tinggi adalah tempat untuk mencetak generasi emas, bukan uang palsu.

“Bertobatlah. Sindikat uang palsu ini hanyalah salah satu dari banyaknya masalah di kampus. Para petinggi kampus harus sadar bahwa ini tidak terjadi secara kebetulan. Mereka sepertinya lupa akan ayat Al Qur-an ‘Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar),” kata Takbir, Rabu (18/12/2024).

Takbir yang juga mahasiswa UIN Alauddin Makassar menjelaskan, uang palsu ini adalah akumulasi dari kesalahan yang ditutup-tutupi oleh peting-petinggi kampus secara bersama-sama dari waktu ke waktu. Fenomena pelecehan, korupsi, ancaman skorsing terhadap mahasiswa adalah pemantik.

“Mereka tidak pernah belajar dari kisah Tupai. Sepandai-pandainya tupai melompat, jatuh juga. Ada banyak doa yang dipanjatkan oleh mahasiswa tiap hari. Ada banyak suara yang dibungkam dan dipenjara oleh para petinggi kampus. Suara mahasiswa adalah suara Tuhan, harusnya mereka ingat kata-kata ini,” ujarnya.

Kasus uang palsu ini diharap menyadarkan rektorat dan para jajarannya. Bahwa kampus adalah miniatur negara yang seluruh aktifitasnya harus sejalan dengan konstitusi.

“Sebagai miniatur negara yang menganut sistem demokratis, sudah semestinya kampus dikelola dengan cara yang demokratis. Yang Salah dihukum, yang benar diperjuangkan dan rakyat diberikan keleluasaan untuk berekspresi. Sebab kalau itu dikesampingkan, suara kebenaran akan mencari jalannya sendiri,” ungkapnya.

Dirinya tidak ingin, petinggi kampus ini kerap berlindung dibalik kalimat “Manusia tidak ada yang sempurna”. Sebab menurutnya, banyaknya petinggi kampus yang diberi mandat untuk menjabat menjadikan kekurangan itu kian tertutupi oleh kelebihan masing-masing.

“Ini bukan saatnya menyalahkan keterbatasan manusia. Mereka itu banyak, team work, saling menutupi kekurangan untuk menghasilkan keputusan yang mudharatnya sangat kecil. Kalau menyalahkan keterbatasan manusia, lebih baik kampus ini dibubarkan saja. Buat apa menghabiskan anggaran negara kalau toch tidak becus mengelola,” terangnya.

Seperti diketahui, Polisi telah mengamankan seluruh tersangka sindikat uang palsu yang dicetak di Perpustakaan UIN Makassar. Tidak hanya itu, polisi juga menyita barang bukti uang palsu ratusan juta dan mesin cetak.

Comment