BERITA.NEWS,Makassar- Gubernur Kalimantan Utara (Kaltara) Zainal Arifin Paliwang menuntaskan sidang Disertasi Promosi Doktor (S3) Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin (UNHAS) Makassar. Senin (19/8/2024).
Zainal Arifin Paliwang, M.Hum mengangkat Disertasi “Model Collaborative Policy Innovation Dalami Pengembangan Sosial Eknomi Masyarakat Kawasan Pesisir Wilayah Perbatasan di Kabupaten Nunukan Provinsi Kalimantan Utara”.
Rektor UNHAS Prof Jamaluddin Jompa hadir langsung sekaligus menjadi pimpinan sidang, promotor sekaligus penguji internal Disertasi Zainal Arifin Paliwang.
Sidang terbuka Promosi Doktor Zainal Arifin Paliwang berlangsung kurang lebih 2 jam paparkan hasil Disertas dan menjawab tanggapan dari 6 Guru Besar.
Bertindak sebagai ko-promotor I adalah Prof. Dr. H. Muh. Akmal Ibrahim, M.Si., dan ko-promotor II Prof. Dr. H. M. Thahir Haning, M.Si.
Adapun penguji eksternal Prof. Dr. Ing. Ir. Daud Nawir, ST., MT., IPM, ASEAN-ENG., penguji internal terdiri dari Prof. Ir. Sumbangan Baja, M.Phil., Ph.D., Prof. Dr. Ir. Budimawan, DEA, dan Dr. Eng. Ir. Abdul Rachman Rasyid, ST., M.Si.
Meski sedikit, gugup berhadapan dengan 6 Guru Besar pada sidang Disertasi Promosi Doktor, Zainal Arifin Paliwang nampak lugas menjawab setiap pertanyaan yang diberikan.
Oleh itu, berdasarkan hasil pertimbangan Pimpinan Sidang dan para Penguji, Zainal Arifin Paliwang berhasil meraih predikat lulus dengan prestasi Cumlaude.
“Ini menjadi pointnya adalah bagaimana upaya-upaya pemerintah berkolaborasi dengan para pengusaha, para petani dan inflasi terkait untuk meningkatkan produktivitas produksi daripada rumput laut ini lumayan,” kata Zainal usai Sidang Promosi.
Dapat Pujian Penguji Kembangkan Model Collaborative Dynamic (Emerson;2012)
Para Penguji juga terkesan dengan konsep pemikiran Zainal Arifin Paliwang berhasil mengembangkan model teori Collaborative Dynamic dari Emerson (2012) yang awalnya tiga yakni Komitmen bersama, Motivasi bersama dan Kapasitas untuk aksi bersama.
Zainal dalam Disertasi nya menambahkan 1 dimensi lain yaitu Komunikasi Multaktok.
“Komunikasi yang baik dan koordinasi yang efektif antara semua pihak terkait sangat diperlukan untuk memastikan kebijakan yang dibuat dapat diimplementasikan dengan baik di lapangan.
Pengalaman menunjukkan bahwa kurangnya komunikasi yang efektif dapat menghambat pelaksanaan program-program yang telah direncanakan,” jelasnya.
Disertasi Gubernur Kalimantan Utara (Kaltara) ini mengangkat lantar belakang permasalahan nelayan dan masyarakat pesisir di perbatasan, khususnya wilayah Kabupaten Nunukan yang cukup kompleks.

Ada 6 poin yang kesimpulan dalam Disertasi Collaborative Policy Innovation dalam mengembangkan sosial ekonomi masyarakat kawasan pesisir wilayah perbatasan.
1. Melakukan aktivitas kolaborasi belum cukup baik dalam menciptakan kebijakan yang inovatif dalam pengembangan sosial ekonomi masyarakat di Kabupaten Nunukan. Hal itu terlihat bahwa komitmen yang tinggi hanya didominasi dari satu aktor yaitu pemerintah dan masih minimnya dari kelompok aktor yang lain seperti kelompok politis dan juga sektor swasta. Dimana dalam pandangan Dynamic Collaborative perlunya komitmen bersama yang kuat oleh semua actor untuk menciptakan kebijakan yang inovatif.
2. Motivasi bersama dalam melakukan sebuah aktivitas kolaborasi untuk mewujudkan kebijakan yang inovatif masih didasari dari program rutin pemerintah yang di laksanakan memberikan dampak yang baik bagi masyarakat dalam mewujudkan pengembangan sosial ekonomi masyarakat Kawasan pesisir wilayah perbatasan. Sedangkan dalam upaya menciptakan kebijakan inovatif yang kolaboratif motivasi yang kuat harus dimiliki oleh semua pemangku kepentingan atau para actor dalam pengembangan sosial ekonomi masyarakat Kawasan pesisir wilayah perbatasan.
3. Kapasitas para stakeholder dalam melakukan tindakan kolaborasi masih sangat terbatas. Ini terlihat dari masih minimnya sumber daya yang ada dalam mewujudkan kebijakan yang inovatif. Selain itu masih belum adanya program khusus bagi para stakeholder dan juga masyarakat dalam peningkatan kapasistas dalam hal pengembangan sosial ekonomi masyarakat yang focus pada pembudidayaan rumput laut sebagai program utama bagi masyarakat Kawasan pesisir wilayah perbatasan.
4. Determinan terlaksananya inovasi kebijakan yang kolaboratif dipengaruhi oleh letak wilayah kabupaten Nunukan yang merupakan kepulauan dan mode transportas yang digunakan dalam produksi, pemasaran dan pengiriman produk yang dimiliki kabupaten Nunukan. Selain itu karena wilayahnya berbasis kepulauan menjadi faktor lain yang menghambat yakni kurangnya air bersih dan Listrik, yang berpengaruh terhadap hilirisasi di Kabupaten Nunukan.
5. Komunikasi dalam inovasi kebijakan yang kolaboratif belum sepenuhnya terlaksana, hal ini ditunjukkan melalui minimnya kepekaan dari stakeholder dalam melihat masalah-masalah yang di hadapi pembudidaya dan pemukat rumput laut sehingga melalui itu para stakeholder perlu membentuk kelembagaan kolaboratif untuk meningkatkan intensitas komunikasi dan koordinasi para stakeholder dalam mewujudkan inovasi kebijakan yang kolaboratif dalam pengembangan sosial ekonomi masyarakat Kawasan pesisir wilayah perbatasan.
6. Model Inovasi kebijakan yang kolaboratif ditawarkan melalui penggabungan konsep dinamika kolaborasi serta difusi inovasi yang digunakan sebagai pendekatan utama dalam aktivitas perumusan kebijakan yang inovatif untuk mendukung pengembangan sosial ekonomi masyarakat Kawasan pesisir wilayah perbatasan.
Comment