
BERITA.NEWS,Tana Toraja– Asisten Deputi Ketahanan Gizi dan Promosi Kesehatan pada Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia (KEMENKO PMK-RI), Jelsi Natalia Marampa mengapresiasi atas upaya Pemprov Sulsel melalui program Aksi Stop Stunting.
Jelsi Natalia Marampa menyampaikan ini saat menghadiri kegiatan Monitoring dan Evaluasi terhadap tenaga pendamping gizi pada Aksi Stop Stunting oleh Dinas Kesehatan Provinsi di Tana Toraja.
Aksi stop stunting merupakan program yang di inisiasi langsung Gubernur Sulsel, Andi Sudirman Sulaiman (Andalan), untuk percepatan. Hal ini juga sebagai upaya mendorong peningkatan sumber daya manusia (SDM) yang handal.
Baca Juga: KPK Kembali Geledah Kantor PU TR Pemprov Sulsel
“Kami sangat mengapresiasi dan akan melaporkan kepada bapak Menteri (Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan)
terkait inovasi dari bapak Gubernur Sulsel,” kata Jelsi.
Ia berharap, daerah lainnya juga bisa melakukan hal yang sama dalam menekan angka stunting.
Asisten Deputi Ketahanan Gizi dan Promosi Kesehatan Kemenko PMK-RI turut meninjau langsung aktivitas tim pendamping gizi Aksi Stop Stunting dalam pemeriksaan balita di Pustu.
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat, pada Dinas Kesehatan Sulsel, Andi Nurseha menyampaikan, ini monev pertama setelah sekitar dua bulan tenaga gizi pendamping
berada di wilayah lokus di 24 Kabupaten/Kota se Sulsel.
Dalam upaya intervensi penurunan stunting di tahun 2022 ini, Aksi ini fokus 10 daerah lokus di setiap daerah pada 24 kabupaten/kota dengan 240 Tenaga Pendamping Gizi Desa.
“Ini adalah monev tahap awal untuk melakukan pengumpulan data berdasarkan instrumentyang diberikan fokus pada intervensi spesifik dan sensitif yang menjadi
tanggung jawab sektor kesehatan dan tentukan kolaborasi dengan lintas sektor dan lembaga terkait,” jelasnya, Minggu (23/7/2022).
“Sesuai dengan arahan bapak Gubernur, bagaimana investasi SDM lebih utama. Hal itu pula sejalan dengan program prioritas Presiden Jokowi dalam peningkatan sumber daya manusia yang handal menuju generasi emas,” ujarnya.
Peran tim pendamping gizi Aksi Stop Stunting melakukan edukasi ke masyarakat, khususnya bagi yang memiliki balita.
“Bahkan tim melakukan door to door untuk melakukan pemeriksaan kepada balita, sekaligus mengedukasi orang tua balita untuk
mengecek tumbuh kembang anak di Posyandu,” bebernya.
Hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021 mencatat prevalensi balita stunting di Sulawesi Selatan memiliki Prevalensi Stunting (27.4%).
Angka ini mengalami penurunan dari sebelumnya 30,6% (SSGBI, 2019). Sedangkan jika berdasarkan dari data ePPGBM (Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat),
hingga Agustus 2021, angka stunting di Sulsel mencapai 9,08 persen.