Menengok Strategi Maxone Hotel Makassar di Tengah Pandemi: Okupansi Capai 95 Persen

Maxone Hotel yang berada di Jalan Makam Pahlawan, Kota Makassar. (Alfiandis/BERITA.NEWS)

BERITA.NEWS, Makassar – Sektor pariwisata di Indonesia sempat terpuruk lantaran pandemi Covid-19 yang belakangan ini kerap jadi kambing hitam melihat banyaknya situasi yang terjadi mulai dari mati karena Covid, miskin karena Covid, tidak bisa jalan-jalan karena Covid.

Tetapi semua kini sudah mulai pulih. Khususnya pariwisata di sektor perhotelan. Di Makassar, okupansi hotel mulai meningkat. Tetapi range-nya masih minim. Rata-rata mentok di 25-30 persen saja.

Semua hotel mengeluh. Setengah mati karena harus bekerja keras seperti dari nol. Berbagai metode pemasaran digunakan. Sosial media, website, online travel agent (OTA), pegawai pemasaran, semua dikerahkan.

Di tengah keluhan-keluhan yang saya terima, saya dikejutkan dengan informasi bagus. Ada hotel yang okupansinya mencapai 95 persen. Letaknya di Jalan Makam Pahlawan, Kota Makassar. Maxone Hotel.

Karena penasaran, saya menghubungi Marketing Communication (Marcom) hotel tersebut, Tety Noviayanti. Mengatur janji. Kemudian bertemulah saya dengan Tety di Maxone Hotel, Rabu (15/6/2020) siang.

Di depan pintu masuk hotel, saya ditahan security. Saya pikir bakal dapat masalah. Ternyata disuruh cuci tangan di wastafel yang ada di samping pintu masuk hotel. Saya ditahan lagi. Ternyata cek suhu tubuh. Lalu saya dimasukkan ke bilik disinfektan untuk disemprot.

Di dalam hotel, saya duduk cukup lama. Sekitar 30 menit. Saya berpikir sejenak, kok ada hotel seperti kebun wisata. Tapi lebih modern. Rumput lapangannya rapi. Bunga-bunganya terawat, mengelilingi lapangan. Ada Flying Fox. Lapangan futsal juga ada, cuma belum rampung dikerjakan. Ada meja bilyard. Ada deretan sepeda juga.

Setelah saya memperhatikan dan menikmati pemandangan sekitar, tiba-tiba ada perempuan menghampiri saya. Cantik, bersih, rapi, pakaiannya semi formal. Pakai masker, juga face shield. Dialah Tety.

“Wah maaf ya mas. Sudah lama nunggu ya? Saya tadi prepare dulu, soalnya jam 15:00 WITA mau rapat,” sapa Tety.

Saya tidak bisa memastikan. Tetapi saya yakin, di balik maskernya, dia senyum ramah pada saya.

Tidak lama berselang, pelayan datang. Dia juga memakai masker, face shield, sama seperti Tety. Tapi dia juga pakai sarung tangan. Membawa nampan dengan gelas berisi jus Markisah di atasnya. Diletakkan di depan saya. Kemudian mempersilakan saya meneguknya.

Setelah sedikit basa-basi, saya langsung mengutarakan beberapa pertanyaan seputar hotel yang menurut saya sangat unik. Juga menanyakan soal okupansi yang angkanya mencapai 95 persen.

“Bener, mas. Ini lagi full malah room nya. Jumlah kamarnya 155. Yang paling laris tipe Happyness. Harganya 480.000 nett. Sudah termasuk sarapan dan semua fasilitas,” Tety menjelaskan.

Baca Juga :  Suplai LPG ke Outlet Koperasi Merah Putih Sulsel, Pertamina Ingatkan Aturan HET

Dugaan saya sedikit meleset. Saya pikir fasilitasnya cuma itu saja (yang saya sebutkan di atas). Ternyata masih banyak. Ada rumah kaca untuk mini party. Ada Max Street untuk nongkrong kalau kantong tipis. Ada live musiknya juga.

Ada track untuk lari-lari. Ada tempat berjemur. Kolam renang juga ada. Kata Tety, itu semua ada karena konsepnya bukan cuma Resort. Tapi juga Pop Garden. Itulah sebabnya banyak gambar-gambar unik. Warna-warna cerah. Katanya supaya pengunjung lebih ceria.

Saya terbawa suasana dan cerita. Mungkin karena tempatnya nyaman. Udaranya lumayan segar di tengah kota yang sumpek. Mungkin juga karena Tety menyambut saya dengan ramah, semangat, dan penuh antusias.

Tetapi saya teringat dengan tujuan saya ke sana. Saya langsung kembali mengarahkan pembicaraan pada okupansi hotel. Saya masih penasaran dengan jurus rahasianya. Kok bisa sampai 95 persen, padahal hotel lain cuma 25 persen.

“Kita maksimalkan di sosial media mas. Marketing kita juga sudah turun lapangan lagi. Online travel agent kita juga jalan maksimal,” singkat Tety.

“Tapi kita utamakan pelayanan mas. Soalnya pelanggan kita harus dapat pelayanan prima. Fasilitas, kita maksimalkan. Semua pengunjung boleh pakai fasilitas. Keamanan, kebersihan, dan kenyamanan, menurut kami itu nomor satu. Apalagi ini masa pandemi,” Tety melanjutkan penjelasannya.

Saya malah sempat ngeri. Tety bilang, room boy nya memakai baju Hazmat. Baju yang biasa dipakai dokter menangani pasien Covid-19.

“Room boy kami pakai baju Hazmat saat bersih-bersih kamar. Terus disinfektan juga disemprot ke seluruh kamar. Sprei dan selimutnya langsung dicuci. Supaya tetap steril mas. Kan kita tidak tahu pelanggannya OTG atau bukan,” terang Tety.

Rasa ngeri saya hilang. Saya malah tidak kepikiran ada pegawai hotel pakai baju Hazmat. Cuma untuk bersih-bersih pula. Tapi semua itu dipikirkan Maxone. Saya terkesan dengan siaga mereka mengantisipasi penularan Covid-19.

Selang beberapa menit, Tety pamit. Mau rapat. Saya baru sadar, ternyata sudah hampir jam 15:00. Sebelum Tety pergi, saya minta izin jalan-jalan ke taman hotel. Dia mengizinkan saya.

Saya langsung berkeliling. Sesekali saya mengabadikan momen. Memotret bunga, lapangan, ayunan, flying fox, dan fasilitas lain, untuk kepentingan pekerjaan, juga koleksi pribadi.

. ALFIANDIS

Comment