Andi Soraya, Legislator Perempuan yang Berjuang Tanpa Pamrih

Andi Soraya saat acara syukuran di kediamanya Bolasarajae Bulukumba. (BERITA.NEWS/IL).

Andi Soraya saat acara syukuran di kediamanya Bolasarajae Bulukumba. (BERITA.NEWS/IL).

BERITA.NEWS, Bulukumba – Ditengah derasnya arus politik di Indonesia saat ini, keterlibatan perempuan untuk hadir dan berpartisipasi, kian tergerus. Kedati tokoh politik perempuan masih tetap ada yang bertahan.

Apalagi, Politik dikalangan perempuan memang masih dianggap tabu. Entah karena belum faham atau mereka terlalu mengerti politik itu bagaimana.

Di kabupaten Bulukumba misalnya, hanya sebahagian yang memilih jalan ini untuk dijadikan sebagai profesi. Kedati pada pemilihan umum lalu, keterwakilan perempuan disetiap partai mencukupi kuota 30 persen. Hanya saja keterlibatan kaum hawa hanya sebagai pelengkap, bukan sebagai tempat untuk menyampaikan ide dan memperjuangkan hak-hak perempuan.

Tergolong berbeda dengan Andi Soraya Widiyasari. S.IP, MA. Terlahir dari keluarga sederhana, ia memilih jalan yang tak biasa dari kebanyakan perempuan di Bulukumba. Yaitu menjadi pekerja politik.

Sebagai penguatan eksistensinya dalam ilmu politik, wanita yang kerap disapa Andi Yaya ini harus menyelesaikan studi S1 di Unhas Makassar dan magisternya di UGM Jogjakarta dengan jurusan ilmu politik.

Jalan yang diambil oleh Andi Yaya memang berbeda dengan profesi ayah dan ibunya, sebagai camat di Bulukumba. Menjadi ASN sekalas camat, bak burung yang yang sedang mempersiapkan sangkar, Sibuk. Waktu bersama keluarga, hingga memasak sayur kesukaan di dapur sangatlah terbatas. 

Ayah yang sedianya menjadi kawan bermain, masih sibuk di kantor melobi hingga menandatangani surat keterangan tak mampu hingga keterangan lainnya. Hingga akhirnya, masamasa kecil Andi Yaya hanya bisa diasuh oleh kerabatnya, dan bermain dengan masyarakat di lingkungannya.

Disisi lain, tongkat estafet kepemimpinan orang tua, tetap harus dilanjutkan. Meski tidak harus berada pada lingkup Aparatur Sipil Negara.

*Dari pengabdian Orang Tua Berlanjut ke Pengabdian Masyarakat*

Bekal keilmuannya diilmu politik, Unhas Makassar dan Universitas Ghaja Mada Jojakarta, Andi Yaya mencoba peruntukannya di kampung halaman, Butta Panrita Lopi untuk maju sebagai wakil rakyat. Dengan ilmu akademis, dan beberapa organisasi yang diikutinya, wanita kelahiran Bulukumba, 28 Oktober 1988 ini menguatkan tekadnya sebagai Calon Anggota Dewan dari Dapil 2, kecamatan Gantarang dan Kecamatan Kindang.

“Pilihan ini pastinya berat. Karena menjadi wakil rakyat berarti mengemban amanah masyarakat,”.

Tekad dan niat tulusnya direstui oleh ibu dan keluarga, termasuk orang nomor satu di Bulukumba, AM Sukri A Sappewali, pamannya. Alasannya, Andi Yaya memiliki karakter kuat. Jiwa sosial tanpa pamrih yang dimilikinya adalah kemampuan dasar dalam mengawal butir-butir amanah masyarakat Gantarang dan Kindang, terlebih Kabupaten Bulukumba secara utuh.

Waktu yang berjalan, mengajarkannya bagaimana mengenal masyarakat Bulukumba, dari kebutuhan dasar hingga hal-hal yang harus dimiliki secara umum.

Awalnya maju, memang bagaimana melanjutkan generasi kepemimpinan yang baik oleh orang tuanya, Andi Hartatia AS dan ayahnya, Andi Irwan Idjo. Setelah melalui perjalanan panjang, masyarakatlah yang mengajarkannya, jika sosoknya sangatlah dibutuhkan dalam mengemban amanah dan kepemimpinan.

Perjalanan masa kampanye 12 bulan, membuatnya semakin faham, selama ini masyarakat masih sangat rindu dengan sosok Kepemimpinan Andi Sulthan Dg Radja dan Andi Sappewali. Dimasyarakat, ia diterima dengan sangat terbuka dengan hal itu.

Tekadnya untuk maju mulai dilakukan. Menyampaikan kepada tetangga, kerabat dan masyarakat umum. Pertemuannya dengan masyarakat, mendengar keluh kesahnya, semakin intens dilakukan.

“Kliping” amanat rakyat disetiap pertemuan tercatat rapi dibuku diarinya. Itu dibutuhkan saat berada di perlemen mendatang.

Bersama suami tercinta, dan sejumlah TIM Andi Yaya memulai perjalanan politiknya di Bulukumba. Banyak hal yang ditemui. Satu persatu masyarakat mulai simpati dengan kehadirannya. Apalagi sosok kesederhanaan dan agamis yang dimilikinya.

*Suami Adalah Alarm*

Sebagai teman sekamar, suami adalah kepala keluarga.  Andries Riesfandhy, S.IP menjadi sosok paling inspiratif disendi kehidupannya. Banyak hal yang menjadi pertentangan dan masukan, untuk membentuk karakter sosial politiknya. Suaminya pula menjadi tempat curhat dikala senang, lelah dengan aktifitas kampanye di masyarakat. 

Ini juga menjadi momen memperkenalkan suami pada lingkungan keluarga dan masyarakat Bulukumba.

“Saat kami sosialisasi di masyarakat misalnya, suami saya memang selalu ajak. Tak sekedar memperkenalkannya kepada iklim masyarakat Bulukumba, tetapi kehadirannya di samping saya banyak memberi masukan, apa yang harus saya lakukan di tengahtengah masyarakat. Termasuk menegur saya jika ada kesalahan yang saya lakukan. Dia adalah alarm saya. Membangunkan saya dari keegoisan saya untuk dirubah ke kepentingan masyarakat secara umum,”.

*Keluarga Saorajae Adalah “Beban” Sosial*

Dilingkup Masyarakat Bulukumba, Andi Yaya memang dikenal berada pada lingkungan keluarga Saorajae. Karakter “darah biru” yang melekat dalam dirinya, menjadi hal yang tak bisa ditampik. Apalagi, di sanalah “dilahirkan” pemegang tongkot perjuangan kabupaten Bulukumba, Andi Sulthan Dg Radja dimasa lampau.

Menjadi bahagian dari Saorajae, itu artinya menjadi sorotan mata masyarakat Bulukumba. Perilaku, masyarakat Bulukumba yang santun dan beradab menjunjung tinggi nilainilai keagamaan, Saorajae adalah kiblatnya. Hal ini tentunya harus terus dijaga untuk menyatukan Bulukumba, dan menghargai jasa kepahlawanan Sulthan Dg Radja Bulukumba.

“Terus terang, kami rindu dengan masyarakat Bulukumba yang menjadikan Rumah Saorajae ini tempat menampung inspirasi. Namun berlahan, saya dan kerabat di sini mencoba untuk merangkul semuanya, mengajak berkumpul di sini. Mendengar apa yang menjadi keluh kesahnya. Alhamdulillah, saat ini mulai kembali kita lakukan dengan baik,”

Tak bisa dipungkiri, ditengah masyarakat masih banyak yang menyeganinya. Hal itu menjadi beban tersendiri agar bisa menyatu tanpa sekat di masyarakat.

Namun, meski berada pada lingkup keluarga Saorajae, Andi Yaya tetap sederhana dan merakyat. Itu diakui oleh banyak orang di Bulukumba. Ramah dan santun adalah ciri khasnya.

“Dimasa sosialisasi, saya memang tidak menyebut saya ini siapa  jika ditanya, saya hanya berucap, saya Soraya. Hal itu saya lakukan agar masyarakat bisa menerima saya apa adanya, bukan karena ada garis darah Andi Sappewali sebagai kakek saya, dan Andi Sulthan Dg Radja Buyut saya,”.

Andi Soraya tetap akan berada di tengah-tengah masyarakat, mendengar aspirasinya dan tidak menjadikan sosok kakek dan buyutnya sebagai senjata untuk melakukan segala hal, namun nilai perjuangannya menjadi motivasi baginya berjuang menyampaikan aspirasi masyarakat.

*Andi Sukri Adalah Panutan*

Siapa yang tak mengenal A. Sukri A Sappewali. Bupati dua periode yang masih memimpin Bulukumba saat ini. Bagi Andi Soraya, sosok Andi Sukri sangatlah penting dikehidupannya. Purnawirawan TNI berpangkat Kolenel ini memang menjadi sosok panutan setelah ayahnya Andi Yaya meninggal dunia di tengah dirinya mengenyam pendidikan di bangku universitas.

“Dia panutan saya dan kami di sini. Setelah almarhum ayah saya meninggal dunia, saya banyak menyandarkan kehidupan saya kepada beliau. Nasihatnya kepada saya begitu sangat banyak. Utamanya saat saya dalam proses perjalanan politik menuju DPRD. Dia yang memotivasi saya agar tetap berjuang. Dia bahkan meminta saya tidak setengah-setengah dalam proses ini, Dia pula yang menjadi tulang punggung di sini,”.

Pelajaran politik memang banyak didapatkan Andi Soraya dari sosok AM Sukri. Termasuk bagaimana menjadi pelayan di masyarakat, termasuk pula bagaimana berkomunikasi yang baik di tengah masyarakat.

Kedati begitu, Andi Soraya tak ingin melelap bayang-bayang AM Sukri sekarang ini setelah terpilih. Namun menjadi diri sendiri dan tetap meminta petuah kepada sosok pengganti ayahnya.

“Saat ayah saya meninggal dunia, saya hampir putus sekolah. Namun berkat wejangan dan motivasi beliau, Alhamdulillah…, Saya bisa menyelesaikannya sampai sekarang,”.

*Menghadiri Undangan Lewat Facebook*

Pada suatu hari, diaplikasi pesan facebooknya, Andi Yaya mendapat undangan salah satu warga di Katimbang, Kelurahan Borongrappoa, Kecamatan Kindang. Saat itu, ia tidak yakin bisa menghadirinya. Namun dengan niat yang tulus, undangan itu dihadiri.

Sekitar 20 KM bagian barat kediamannya, ia memulai perjalanan dengan menggunakan kendaraan roda empat. Perjalanan terus berlanjut hingga menemukan ujung jalan yang tak bisa dilalui mobil. Keinginannya mulai melemah untuk menerabas bongkahan batu di badan jalan. Namun dengan tekad yang kuat menemui warga, Andi Yaya harus menggunakan kendaraan roda dua.

“Karena tanjakan yang cukup tinggi, akhirnya harus berjalan kaki. Dengan kondisi jalan yang rusak, saya berusaha menembus hingga menemukan sebuah masjid di puncak pendakian itu. Saya mulai teriris melihat kondisinya, masjid sangat sederhana dan tampak biasa itu, dihadiri warga begitu banyak. Disela acara, saya berkomunikasi dengan masyarakat, betapa begitu kuatnya mereka berjalan kaki cukup jauh untuk mengakses pusat perbelanjaan (pasar). Dengan kekuatan dan kebiasaan mereka, jalan itu mampu dilaluinya setiap hari,”.

Dari itu Ia mulai yakin, masyarakat bawah memang harus mendapatkan fasilitas dan infrastruktur. Dan merata. 

“Allah mentakdirkan saya berada di sana, melihat kondisi masyarakat yang butuh jembatan keranah pemerintahan. Di tempat itu saya mendapat dorongan kuat oleh masyarakat untuk berjuang membawa aspirasi mereka di DPRD. Berkat doa mereka pula, hari ini saya berada di kursi parlemen Bulukumba. Meski saat itu saya merasa egois dengan tekad saya yang melempem, namun sopport warga katimbang dan warga lainnya, membuat saya semakin yakin dapat mewakili mereka,”.

*Pelantikan DPRD, Langkah Awal Mengemban Amanah*

“Saya sebelum jadi anggota dewan akan sama saja dengan setelahnya. Menjadi anggota dewan bukan peningkatan stasus, namun bagaimana kita menjalankan tiga fungsi legislator dengan baik. Pastinya mengemban amanah masyarakat yang telah diberikan ke saya. Saya ingin diterima apa adanya,”.

Di kursi parlemen, ada satu niat suci yang ingin dilakukan Andi Yaya, yaitu berdakwah. Jalan beriringan untuk menguatkan nilai-nilai agama Islam adalah salah satu tujuan yang ingin dilakukan. Hal itu juga sejalan dengan perda keagamaan yang ada di Butta Panrita Lopi.

“Bukan berarti saya lebih baik dari mereka, tapi setidaknya bisa bersama-sama melakukan syiar Islam di Parlemen. Saya juga bukan orang yang suci amat. Penampilan dengan pakaian Syar’i saya ini, juga menjadi tanggung jawab saya hingga akhirat,”.

“Saya ingin hadir di tengah masyarakat tanpa sekat. Bersama beriringan mendengar aspirasi mereka lalu merumuskannya untuk menjadi poin program di kursi DPRD mendatang. Secara mendalam dan niat yang tulus, saya mengucapkan terima kasih kepada masyarakat yang telah memilih saya menjadi anggota DPRD Bulukumba. Amanah yang kalian sampaikan, Insya Allah akan saya perjuangkan,”.

Andi Soraya berterimakasih kepada masyarakat Gantarang-Kindang yang telah memilihnya.

Pun kepada tim suksesnya, yang telah turun langsung ke masyarakat untuk melakukan sosialisasi.

Sebagai caleg muda yang juga baru kali pertama bertarung di kontestasi politik, Andi Soraya mengaku bersyukur atas kepercayaan masyarakat kepadanya.

Sekadar diketahui, pada Pileg 2019 ini, Andi Soraya mengumpulkan 3.364 suara sah. 2.975 di Kecamatan Gantarang, dan 389 di Kecamatan Kindang.

Data Diri:

Nama : Andi Soraya Widyasari

TTL : Bulukumba, 28 Oktober 1988

Anak : ke dua dari tiga bersaudara

Partai Politik : Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)

Pendidikan:

SMP : SMP 1 Gantarang

SMA : SMAN 1 Bulukumba

Universitas :

– S1 Ilmu Politik Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar

– S2 Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta

Pengalaman Organisasi:

– Mantan Ketua Himapol Unhas

– Mantan Wakil Ketua Himpunan Mahasiswa Bulukumba.

  • IL

Comment